Salah satu industri kayu yang masih beroperasi di tepian Sungai Kapuas
Ancaman
Keberadaan fauna air pada sungai Kapuas terancam oleh berbagai faktor, antaranya tingginya tingkat penangkapan ikan pada kawasan hulu, penebangan kayu dan perubahan peruntukan lahan, kebakaran hutan dan lahan, dan perubahan iklim global.
Tingginya penangkapan ikan pada kawasan hulu Kapuas berkaitan erat dengan tingginya tingkat ketergantungan penduduk pada sektor perikanan tangkap, dan belum berkembangnya ilmu dan pengetahuan dalam budidaya ikan-ikan air tawar
Penebangan kayu dan perubahan peruntukan lahan
Sejarah penebangan kayu di Provinsi Kalimantan Barat telah dimulai sejak tahun 1970, dan ternyata hanya bertahan selama kurang lebih 30 tahun. Pada saat ini hampir 90% perusahaan dan industri yang berbasiskan pada penebangan hutan alam telah gulung tikar.
Sejalan dengan penebangan hutan alami, sebagian hutan alam dikonversi untuk penggunaan pertanian dan pemukiman. Gangguan pada ekosistem hutan dan perubahan peruntukan lahan secara langsung mengubah perilaku hidrologi Sungai Kapuas. Namun, sayang dokumen atau penelitian tentang hal ini tidak tersedia. Bahkan, sampai saat ini data tentang debit dan fluktuasi muka air sungai Kapuas tidak tersedia. Yang hanya diketahui dengan tingkat kepercayaan sangat tinggi bahwa tinggi muka air pada sungai Kapuas dengan cepat meningkat jika hujan. Sebaliknya, tinggi air akan cepat turun jika tidak hujan.
Kebakaran
Secara historis, sebagian penduduk di Borneo telah melakukan pembukaan dan persiapan lahan untuk ladang dengan api. Masih diaplikasikan pengetahuan tradisional dalam perladangan. Namun sejak tahun 1997, kebakaran hutan dan lahan, terutama pada lahan gambut menjadi bencana karena menimbulkan polusi asap lintas negara, mengurangi hasil panen madu lebah alam, merusak ekosistem hutan, dan mempercepat dekomposisi gambut.
Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim global terjadi akibat akumulasi gas-gas rumah kaca yang semakin meningkat sejak revolusi industri. Pada saat ini konsenterasi gas CO2 dalam atmosfir telah mencapai 380 ppm, dan telah diyakini berperanan dalam menaikkan suhu udara. Akibatnya terjadi perubahan iklim secara global, seperti perubahan pola hujan, badai, dan kekeringan. Dan perubahan iklim ini akan mengganggu kondisi bio-fisik ekosistem perairan dan daratan, sehingga kemungkinan berdampak pada keamanan dan kesejahteraan masyarakat
|